(Dipetik daripada 'Indonesia Monitor' pada 04 August 2008)
Pemerintah Gagal Anwar Jadi Tumbal
Mantan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim kembali tersandung kasus sodomi. Benarkah tuduhan itu digunakan pemerintah yang berkuasa untuk menutup peluang Anwar kembali menjadi PM?
DALAM empat bulan terakhir, peta politik Malaysia memanas. Setidaknya ada dua momentum yang mengawalinya. Pertama, keberhasilan kaum oposisi merebut kursi parlemen. Kedua, mencuatnya isu sodomi yang dilakukan Anwar Ibrahim terhadap Mohd Saiful Bukhari Azlan, mantan asistennya. Menurut peneliti dari Universiti Sains Malaysia (USM) Ahmad Azrin Adnan, bergejolaknya suasana politik Malaysia umumnya lebih banyak disebabkan keinginan Anwar Ibrahim untuk kembali menjadi orang nomor satu di negeri berpenduduk 20 juta jiwa itu.
Dalam pemilihan umum ke-12, koalisi Barisan Nasional (BN) hanya mampu menguasai setengah kursi parlemen atau 140 kursi dari dua per tiga kursi yang dijadikan patokan untuk membentuk pemerintahan. Kondisi ini diperparah kegagalan BN dalam mempertahankan hegemoni di lima negeri yakni Perak, Kedah, Pulau Pinang, Selangor, dan Kelantan. Pencapaian BN dalam pemilihan umum merupakan yang terburuk (63.1 persen) dibandingkan hasil 1969 (66 persen), 1990 (70.5 persen), 1999 (76.7 persen) dan 2004 (82.5 persen). Selain menjatuhkan citra Anwar, menurut Ahmad Azrin, isu sodomi merupakan upaya pengalihan isu dari pemerintahan yang berkuasa untuk menutup malu lantaran gagal dalam menyikapi kenaikan harga BBM. “Segala berita yang tersebar hanya bertujuan mengalihkan pandangan rakyat terhadap kelemahan BN dan kegagalan menangani isu kenaikan beban ekonomi,” ujarnya kepada Indonesia Monitor. Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi membantah tegas pandangan tersebut.
“Tak ada. Tak usah percaya,” katanya seperti dikutip Utusan. Badawi berharap agar dalam kasus sodomi ini Anwar mau bekerjasama dengan kepolisian terutama dalam pengambilan sampel DNA. Karena contoh DNA milik kepolisian saat ini terbilang usang. “Minta sampel baru apa salahnya, kalau dia betul-betul tidak terlibat,” tambah Badawi. Namun, Anwar mengajukan sejumlah syarat agar masalah bisa segera diselesaikan. “Semua pemeriksaan pengambilan sampel berkaitan pengadu (Mohd Saiful) harus secara bebas dan dilakukan profesional tanpa campur tangan polisi” pinta Anwar seperti dikutip The Sun. Pemimpin oposisi Malaysia itu khawatir sampel akan disalahgunakan. Apalagi, sebelumnya dia mengaku tak percaya pada sistem setelah sampel DNA yang diserahkan direkayasa sebagai bukti untuk menjatuhkannya tahun 1998. Kasus sodomi yang menerpa Anwar ternyata menarik simpati AS, Jepang dan koleganya yakni mantan presiden Filipina Joseph Estrada (70). Kata Estrada, tuduhan tersebut penuh muatan politis. “Saya berharap pemerintah Malaysia bijaksana dan berhati-hati dalam memproses kasus Anwar,” tandas Estrada. Anwar Ibrahim ditahan Rabu (16/7) dan dibebaskan setelah sehari menginap di bui.
No comments:
Post a Comment